Srikandi Indonesia (ilustrasi) |
Kreativitas dan kejelian untuk menangkap peluang di sekitarnya memungkinkan setiap orang bisa sukses berwirausaha. Ternyata Perempuan Indonesia, selain cantik dan menarik (versi sendiri tentunya) juga mandiri, gak percaya? Silahkan baca artikel ini, dikutip dari Kompasfemale.
"Tidak cuma laki-laki saja, perempuan juga bisa sukses jadi pengusaha dalam berbagai bidang, termasuk bidang yang dilakoni pria," ungkap Santi Mia Sipan, pengusaha perkebunan jati, PT Jaty Arthamas, saat acara Aperitivokustik di Aperitivo cafe, Kuningan, Jakarta, beberapa waktu lalu. Dalam dunia bisnis, perempuan berpotensi besar untuk mendapatkan kesuksesan.
Hal ini disebabkan mereka umumnya lebih teliti, berpikir panjang sebelum mengambil keputusan, tidak mudah emosi, tidak mudah putus asa, dan penuh perhitungan. Sifat-sifat inilah yang menjadikan perempuan punya mental kuat untuk menjadi seorang pengusaha.
Tidak mengherankan, Santi menambahkan, dibandingkan perempuan di belahan dunia lain, perempuan Indonesia memiliki tingkat kemandirian ekonomi yang lebih tinggi.
"Jumlah pengusaha perempuan di Indonesia lebih banyak dibandingkan negara lain. Hal inilah yang menempatkan perempuan Indonesia menduduki posisi pertama dalam hal independensi ekonomi se-Asia Tenggara," jelas Santi.
Tentu saja, hal ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi perempuan Indonesia. Tetapi jangan lupa, pencapaian ini juga didukung peran serta keluarga. Perempuan Indonesia seharusnya bersyukur karena tradisi yang menempatkan perempuan "di dapur" sudah tak lagi berlaku.
"Di beberapa negara lain di dunia, masih ada suami yang melarang istrinya bekerja atau berwirausaha," tambahnya.
Faktor pendukung lain yang memungkinkan perempuan Indonesia berwirausaha adalah kemudahan mendapatkan asisten rumah tangga dan dengan gaji yang lebih murah. Santi menambahkan bahwa, gaji asisten rumah tangga di Australia, Singapura, dan negara-negara lain sangatlah mahal, sehingga banyak keluarga yang kesulitan untuk mempekerjakan asisten rumah tangga. Tidak adanya asisten rumah tangga berakibat pada sulitnya mereka membagi waktu untuk mengurus pekerjaan rumah tangga dan kariernya.
Karena sudah lelah dengan pekerjaan rumahnya, mereka pun enggan menambah pekerjaan untuk mengurus usaha. "Kalau di Indonesia, gaji pekerjanya masih bisa dijangkau sehingga asisten rumah tangga bisa mempercepat mereka menyelesaikan tugas rumah tangga, dan menjaga anak selagi mereka membangun usaha," tegasnya.